Ternate & Tidore (My Bucket Traveling List)

Oh my god.. makin banyak aja nih my bucket list Traveling gw.
Indonesia kamu indah sekali sih..

I hope one day i can go to this place, but now still on the list.


Ternate & Tidore

Liburan ke timur Indonesia, traveler pasti menunjuk Raja Ampat atau Ambon sebagai destinasi wisatanya. Jika mau mencoba pengalaman yang berbeda, cobalah ke Ternate dan Tidore. Banyak objek wisata menarik di sana!

Ternate dan Tidore merupakan dua pulau yang berdekatan dan berada di Provinsi Maluku Utara. Mungkin, masih banyak traveler yang memandang sebelah mata soal pariwisata di sana. Itu tak bisa disalahkan, mengingat promosi wisata dari pemerintah setempat belum gencar-gencar amat.

Apa sih yang bisa kamu lihat di Ternate dan Tidore? Catat, di sanalah terdapat pulau yang ada di gambar uang Rp 1.000, benteng-benteng peninggalan Belanda yang berumur ratusan tahun, masjid terapung, sumber mata air panas di pinggir pantai, sampai monumen yang menjadi bukti Bangsa Spanyol sebagai bangsa yang pertama keliling dunia.

Sebelum masuk di hari pertama, mari kita kenal dulu profil singkat Ternate dan Tidore. Dua pulau ini merupakan kota yang masuk dalam Provinsi Maluku Utara. Letaknya, ada di seberang Pulau Halmahera.

Dua pulau yang jadi incaran bangsa Eropa di abad ke-14 karena kaya dengan rempah-rempah ini, bisa didatangi naik pesawat dengan mendarat di Bandara Sultan Babullah di Ternate. Kalau ke Tidore, tinggal lanjut naik speedboat selama sekitar 45 menit dari Pelabuhan Bastiong di Ternate menuju Pelabuhan Rom di Tidore.

Disusun detikTravel, Kamis (29/1/2015) berikut itinerary 3 hari 2 malam yang harus kamu coba di Ternate dan Tidore:

1. Hari ke-1 pagi: Batu Angus
Dengan asumsi sampai pagi hari di Ternate, kita ke Batu Angus di kaki Gunung Gamalama. Pemandangannya berupa banyak bebatuan hitam pekat yang tersebar di atas krikil dan pasir. Ternyata, Batu Angus ini merupakan bekas aliran lava Gunung Gamalama sejak tahun 1600-an!

Bebatuan hitam tersebut pun sebenarnya lava yang sudah membeku. Beberapa di antaranya malah berbentuk seperti stalagmit alaias bebatuan yang ada di dalam gua.

Pemandangan Batu Angus pun bisa dibilang cantik. Lihatlah, perpaduan warna hitam dari bebatuan, hamparan hutan yang hijau di belakangnya, serta lautan biru di depannya, mantap!

Siapkan kamera saat kamu datang ke Batu Angus. Berfotolah sampai puas di sana, dijamin teman-teman kamu yang lihat hasil fotonya bakal iri. Oh iya, Batu Angus dapat ditempuh naik mobil atau motor dengan jarak sekitar 10 km dari pusat Kota Ternate.

2. Hari ke-1 siang: Danau Tolire
Sekitar 3 km dari Batu Angus, lanjutkan perjalanan kamu ke Danau Tolire. Sebenarnya ada dua, Danau Tolire Besar dan Danau Tolire kecil yang hanya berjarak 200 meter saja. Mau ke dua-duanya sekaligus, tak masalah.

Danau Tolire merupakan danau vulkanik yang unik. Bayangkan saja, jika diperhatikan bentuknya seperti sumur raksasa yang ada di tengah hutan. Panorama seperti ini, tentu jarang dilihat di tempat-tempat lainnya.

Selain untuk berfoto dan bersantai di gazebo, Danau Tolire punya dua mitos yang bisa bikin kamu geleng-geleng kepala. Yang pertama adalah mitos banyaknya siluman buaya putih di danaunya. Konon, banyak masyarakat setempat yang sering melihat penampakannya.

Siluman tersebut diyakini menjaga danau yang dipenuhi oleh beragam ikan air tawar. Oleh sebab itu, tidak ada yang berani berenang sampai memancing. Satu lagi mitosnya adalah batu yang dilempar tak akan sampai ke permukaan danau.

Jadi siapa saja yang melempar batu dari pinggiran Danau Tolire ke permukaan airnya, percaya tak percaya batunya tak akan sampai menyentuh air. Mau coba?
3. Hari ke-1 sore: Pantai Sulamadaha
Untuk menutup hari pertama di Ternate, datanglah ke Pantai Sulamadaha. Dari pusat kota yang berjarak sekitar 14 km, inilah pantai yang punya air sebening kaca!

Pantai Sulamadaha punya kontur landai dan berpasir putih, tepatnya di sebelah kiri yang menghadap Teluk Saomadaha dengan berjalan kaki sekitar 10 menit. Perairannya yang sangat jernih dan terlihat biru, bakal menggoda kamu untuk main basah-basahan. Bersantai di sini, memang sungguh nikmat.

Kalau mau menyewa ban alias pelampung, harganya cuma Rp 5 ribu untuk sepuasnya. Ingin coba naik perahu kano nelayan, hanya Rp 30 ribu sepuasnya. Menghabiskan sore hari di sini benar-benar sempurna. Pantainya bikin jatuh cinta saja.
4. Hari ke-2 pagi: Benteng Tolukko
Hari kedua di waktu pagi, saatnya mengenal tentang sejarah Ternate. Itu akan kamu dapatkan saat berkunjung ke Benteng Tolukko lokasinya tak jauh pusat kota.

Pertama kunjungi Benteng Tolukko dulu, benteng ini dibangun oleh panglima Portugis bernama Fransisco Serao di tahun 1540. Dia membangunnya sebagai pertahanan dari serangan bangsa Eropa lain yang ingin mengincar rempah-rempah seperti cengkeh dan pala.

Banguna Benteng Tolukko terbuat dari campuran batu kali, batu karang, pecahan batu bata yang direkat oleh campuran kapur serta pasir. Punya bentuk segiempat, yang kabarnya kalau dilihat dari udara berbentuk seperti alat kelamin pria.

Dalam sejarahnya, benteng tersebut pernah direbut oleh kompeni Belanda di tahun 1610. Pernah dikosongkan di tahun 1864, bentengnya kemudian dipugar dan diperbaiki pada tahun 1996. Kini, benteng yang terlihat mash asri ini jadi tempat asyik untuk belajar sejarah dan foto-foto. Tiket masuknya sekitar Rp 5 ribu.
5. Hari ke-2 siang: Kadaton Kesultanan Ternate
Kemudian mari kita ke lokasi selanjutnya, yaitu Kadaton Kesultanan Ternate di Jalan Sultan Khairun No 1 Kelurahan Salero, Kecamatan Ternate Tengah. Kadaton (ada yang juga menyebutnya keraton) merupakan saksi bisu sejarah kesultanan Ternate yang jadi salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia.

Kesultanan Ternate dimulai oleh era Baab Mashur Malamo pada tahun 1257, yang berakhir pada abad ke-17 akibat serangan Belanda. Sejarahnya, kesultanan ini memang menjadi salah satu yang disegani karena militer yang kuat dan bisnis rempah-rempah. Tak heran, banyak saudagar yang datang dari China dan Arab untuk mampir dan membangun jaringan.

Itu terlihat di Museum Kadaton kesultanan Ternate yang jadi bagian di dalam bangunannya. Banyak koleksi pedang, mahkota, baju perang, piring-piring dan masih banyak lagi. Kisah lengkapnya dapat kamu ketahui jelas dari pemandu setempat.

Di sana juga terdapat mahkota yang dikeramatkan dan tak sembarang orang bisa lihat. Mahkota itu konon ditumbuhi rambut yang terus tumbuh sepanjang tahun. Serta, berhiaskan batu permata dan safir yang tak ternilai harganya. Percaya tak percaya, mahkota itu digunakan sultan untuk memilih calon istri.

Jika mahkotanya cocok dengan kepala si wanita, maka dia dapat dinikahi sultan. Sebaliknya, kadang ceritanya banyak wanita yang jatuh atau mahkotanya tidak bisa muat saat dicoba memakainya. Padahal, bentuk dan ukurannya tidak berubah.

Pemandangan di Kadaton Kesultanan Ternate juga ciamik. Latar belakang pemandangannya adalah Gunung Gamalama, asyik untuk berfoto-foto. Kamu dikenakan biaya seikhlasnya untuk masuk ke sana. Jam bukanya mulai dari pukul 09.00 WIT dan jam tutupnya tak menentu. Saat weekday, jam tutup sampai pukul 17.00 WIT, lalu hari Sabtu pukul 15.00 WIT dan Minggu pukul 13.00 WIT.
6. Hari ke-2 sore: Pantai Fitu
Setelah dari Kedaton Kesultanan Ternate, lanjutkan perjalanan ke Pantai Fitu di Desa Fitu, Kecamatan Ternate Selatan yang sekitar 25 menit dari pusat kota. Pantai ini memang tidak seterkenal Pantai Kuta di Bali atau Pantai Parangtritis di Yogyakarta. Namun, di pantai inilah kamu bisa melihat Pulau Maitara yang ada di pecahan uang kertas Rp 1.000!

Di gambar tersebut terlihat dua buah pulau yang atasnya sedang tertutup awan dan sebuah perahu tengah melintas. Lalu lihatlah ke depan, akan tampak pemandangan yang persis seperti tergambar di uang, namun secara nyata. Itulah Pulau Maitara dan Tidore.

Memang, disayangkan Pantai Fitu masih banyak sampah dan tanaman liar. Asal Pemda setempat merawatnya dengan baik, dijamin wisatawan yang datang bakal betah berlama-lama di sana. Mungkin seperti kamu kalau datang ke sini, banyak menjepret Pulau Maitara agar mirip seperti yang ada di uang Rp 1.000.

7. Hari ke-3 pagi: Masjid Al Munawar
Hari ketiga pagi, siapkan stamina untuk mampir ke Pulau Tidore lewat Pelabuhan Bastiong di Ternate ke Pelabuhan Rum. Jaraknya sekitar 30 menit lebih naik speedboat. Tapi tunggu, jangan buru-buru jalan dulu.

Kamu bisa singgah sejenak di Masjid Al Munawar yang berada di pinggiran Kota Ternate dan dekat dengan Pelabuhan Bastiong. Asal tahu saja, inilah salah satu masjid terapung di Indonesia!

Masjid Al Munawar sudah berdiri gagah sejak tahun 2003. Lokasinya menjorok ke tepian pantai dan berdiri dengan tiang-tiang besar yang menghujam ke dasar laut.

Masjidnya mampu menampung hingga 15 ribu jamaah. Di beranda masjidnya, kamu bisa melihat perairan biru jernih dengan aneka ikan laut yang berkeliaran. Asyiknya lagi, tidak dikenai biaya untuk masuk ke dalam masjidnya.
8. Hari ke-3 siang: Benteng Toluha & Monumen Spanyol
20 Menit dari Pelabuhan Rum ke arah pusat Kota Tidore, kamu dapat mengunjungi Benteng Toluha. Inilah benteng yang dibangun oleh bangsa Portugis kala menguasai Tidore di abad ke-17.

Bentuk bentengnya masih terlihat gagah, meski banyak yang sudah rusak. Untuk mencapai benteng yang ada di ketinggian ratusan meter ini, kamu harus jalan mendaki 10 menit lamanya!

Capek sih, tapi pemandangan dari atas mampu membayarnya. Lihatlah lautan biru luas yang bergradasi, serta jalanan Kota Tidore yang sepi. Rumah-rumah penduduk yang kebanyakan beratapkan seng bagai miniatur saja. Asyiknya lagi, masuk ke benteng ini hanya cukup bayar seikhlasnya.

Setelah dari sana, langsung tancap gas menuju Monumen Spanyol sejauh 30 menit. Monumen Spanyol tersebut merupakan saksi bisu perjalanan Bangsa Spanyol pertama kali keliling dunia lho!

Kamu harus sedikit jeli, sebab monumennya hanya berupa tugu yang dipagari dan ada persis di pinggir pantai. Memang tak terawat, namun sejarah besar tersimpan di sini.

Di tugu itu tertulis, "Monumen ini dibangun untuk memperingati Juan Sebastian de Elcano beserta awak kapal-kapal Trinidad dan Victorsia yang merapat di Pulau Tidore pada tanggal 8 November 1521 dan melanjutkan pelayarannya ke Spanyol pada tanggal 18 Desember 1521. Dalam Perjalanan keliling dunia yang pertama". Siapa yang tidak 'merinding' membacanya?

Uniknya lagi, terdapat lambang Kerajaan Spanyol di bagian atas monumennya. Di antara lambang dan isi kalimat monumennya, terdapat suatu kata dalam bahasa latin. Kata tersebut bertuliskan 'Primus Circumdedisti Me', yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah 'Yang Pertama Keliling Dunia'.

Di bagian bawah monumen, tertulis Kedutaan Spanyol datang ke Tidore dan membangun monumen ini pada tanggal 3 Maret 1993. Ayo, berfoto-foto di sini!
9. Hari ke-3 sore: Air Panas Akesahu
Hari terakhir di Tidore, asyiknya berendam di air panas. Nah, di sana ada sumber air panas yang unik sebab lokasinya persis di pinggir pantai. Namanya Air Panas Akesahu yang terletak di Kelurahan Dowora, Tidore.

Suatu kolam besar berisi air panas, bisa kamu datangi untuk berendam atau menyeburkan kaki. Kolam tersebut pun lokasinya di pinggir pantai yang berpasir keockelatan nan berkontur landai. Bisa juga lihat pemandangan perairan biru yang cantik di depan mata!

Puas berendam, kamu asyiknya bersantai di gazebo di sebelah kolam sumber air panasnya. Benar-benar penutup hari yang sempurna, sekaligus menghilangkan lelah. Tiket masuknya pun murah, hanya Rp 2 ribu saja.








Komentar

Postingan Populer