Keindahan Danau Kelimutu Flores, Nusa Tenggara Timur.

Perjalanan kali ini saya tuju ke Flores, Flores yang dari bahasa portugis yang berarti "Bunga" ini seperti surga kecil di Indonesia. Dikarenakan pernah menjadi jajahan kolonial Portugis maka interaksi dengan kebudayaan Portugis sangat terasa disana, baik melalui genetik, agama, dan budaya.





Untuk urusan busana wanita disana umumnya menggunakan sarung, walaupun ini sudah zaman modern tetapi masayarakat disana khususnya masyarakat pedesaan masih banyak yang memakai sarung sebagai busana sehari-hari. Tapi sarungnya juga bukan sarung biasa melainkan sarung hasil kerjainan tangan yang bisa memakan waktu 1 bulan lebih dalam proses pembuatannya.
Jika ada orang asing datang ke desa mereka siap-siap lah kamu akan menjadi pusat perhatian, walapun kamu hanya turis lokal mereka akan menatapmu seolah-olah kamu ini artis yang ada di tv.. haha..  namun mereka baik dan ramah sekali.

Saya menumpang pesawat dari Jakarta dan transit di Bali lalu melanjutkan perjalana ke Labuan Bajo, dan melanjutkan perjalanan ke Ende untuk meunju danau Kelimutu, danau tiga warna yang warna nya bisa berubah-ubah yang konon katanya di kaitkan dengan hal-hal mistis. Ketiga danau itu juga memiliki nama yaitu :

  • Danau yang berwarna biru diberi nama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yaitu tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi ooran yang telah meninggal.
  • Danau yang berwarna merah diberi nama Tiwu Ata Polo yaitu tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal yang semasa hidupnya sering melakukan kejahatan.
  • Danau yang berwarna putih diberi nama Tiwu Ata Mbupu disebut yaitu tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua.

Dari Moni saya akan melanjutkan perjalanan ke desa Moni, desa paling dekat dengan danau Kelimutu. Tiba di Ende sudah sore dan kendaraan yang akan membawa kami ke Moni sudah tidak ada, maka saya memutuskan untuk mencari penginapan murah di Ende, dan menenukan penginapan yang tidak jauh dari bandara yaitu Dasi Guest House dan hanya dikenakan cas 50rb permalam include breakfast. Dari bandara bisa ditempuh dengan ojek atau angkutan umum jarakanya tidak terlalu jauh dari bandara. 
Esok paginya saya melanjutkan perjalanan menuju desa Moni desa yang paling dekat dengan danau Kelimutu, dari hostel saya menumpang angkot menuju terminal Roworeke dibutuhkan waktu 2-3 jam dengan perjalanan yang berkelok-kelok. Sesampainya di terminal Roworeke carilah angkot menuju Moni, namun hati-hati ya ada banyak calo, tanya dulu tarifnya, tarif normalnya 25-30rb. Kendaraan umum diterminal di dominasi kendaraan truck terbuka dan hanya ada satu jenis angkot saja yang menuju moni. 
Perjalan dimulai, siap-siap mabok diangkot karena jalannya yang berkelok-kelok dan sopir angkot yang udah kaya bawa mobil F1.. hahaha.. 
Pemdangan menuju moni luar biasa indah, alamnya masih alami saya hanya berdecak kagum dalam hati.. indahnya..

Tiga jam berlalu sampailah saya di desa Moni, uhhh.. desa nya indah sekali, ademmm... Kami menginap di penginapan tak jauh dari jalan utama dengan harga permalam 250rb permalam dengan pemandangan bukit yang indah. Disini masyarakatnya sungguh sangat baik, mereka ramah dan sopan. Anak-anak selalu melambaikan tangan ketika berpapasan atau melihat kami dan bilang "Hello Miss.. " mungkin mereka pikir saya turis luar... hahah,, padahal kulit saya juga coklat dan wajah saya Indonesia banget!!
Di siang hari cuaca cerah dan angin sepoy-sepoy namun di malam hari cuaca bisa turun extreme di bawah 20 derajat yang ga biasa dingin seperti saya persiapan bawa jaket tebal.

Tepat jam 3 pagi alarm saya berbunyi itu artinya saya harus bersiap-siap untuk mendaki ke danau Kelimutu, ga bener-bener mendaki juga sih karena sudah ada trek rail nya kok.. 
Dengan menyewa motor yang saya sewa seharga 100rb/hari saya berangkat menuju  danau Kelimutu, perjalanan menuju ke kaki gunung di tempuh kurang lebih 1 jam dengan jalan yang berkelok-kelok, kabut dan superrrrr dingin. Saya pake celana yoga pants tebal dan jaket tebal tapi berasa ga pake celana karena supeerrrrr dingin plus angin dan kabut yang kenceng. Ini dinginnya ga boongan loh... beneran dingin.
Sesampainya di pos pendakian ada ibu yang jual sarung khas Flores, tapi saya ga niat beli saya cuma mau sewa boleh ga ya ? sebenernya ini bukan untuk disewa , dia ini jual sarung tapi harganya 600rb waduh.. mahal banget tapi saya minta tolong si ibu untuk pinjamin saya/sewa, karena kasian dia kasih saya sewa sarung 30rb tapi uang saya disista 100rb untuk jaminan karena khawatir saya bawa kabur sarungnya mungkin.. hehe..

Baru saya sampai di pos 1 pendakian, sudah kaya orang mau mati karena dingin, apalagi di atas sana lebih dingin lagi. Angin nya bukan sepoy-sepoy tapi lebih seperti angin yang sampai menimbulkan suara seperti bersiul dan kabutnya yang tebal. Sarung yang saya sewa tadi betul-betul sangat bermanfaat karena bahanya tebal dan kuat ga salah juga sih dia jual dengan harga fantastis karena memang bahan nya juga bagus. Perjalananya cukup ringan hanya anginnya saja yang kelewat dingin untuk ukuran Indonesia seperti saya yang ga kuat dingin.

Tiba di atas kabut tebal masih menyelimuti danau sehingga kami sama sekali tidak bisa melihat apa-apa. Matahari berangsur-angsur naik dan kabut sedikit demi sedikit mulai hilang semua bersorak saat danau mulai terlihat, satu danau sudah terbuka dari kabut, danau yang satu juga mulai terbuka semuanya kembali bersorak dan danua ketiga juga mulai terlihat tidak menyianyaiakan kesempatan jepret-jepret lah semua orang dengan kameranya masing-masing dan saya pun tidak menyianyiakan kesempatan itu. Matahari tidak tidak bersinar sepenuhnya sehingga kabut kembali turun, ya memang cuaca hari itu sedang mendung karena di Indonesia ini masih musim hujan. satu hal yang pelajaran saat traveling, cek musim!! Hanya beberapa jam kami di atas sana karena kabut sudah turun lagi.









Sesampainya kami dipenginapan saya langsung kembali tidur karena lelah harus bangun pagi-pagi sekali. Pemandangan dari depan teras pengin
Penginapan saya langung menghadap ke bukit dan itu indah sekali udara sejuk dan matahari yang tidak terlalu panas saat itu membuat saya mengantuk dan lapar terus seharian.
Sore hari saya sempatkan jalan-jalan di sekitar dan bermain di air terjun dekat situ, air terjun disini lebih mirip sumber mata air yang dipergunakan untuk mandi dan mencuci oleh warga sekitar.

Esok hari saya bertolak ke Ruteng untuk menuju desa Waerebo yaitu desa tradisonal terindah di Indoensia. Menumpang mobil travel yang saya booking sehari sebelumnya seharga 100rb dengan lama perjalanan 3 jam. Sesampainya di Ruteng kami kehujanan dari cepat-cepat mencari penginapan di dekat sana, saya datang ke Flores salah musim yaitu bulan April, untuk menuju Waerebo itu masih jauh dari Ruteng dengan kondisi hujan yang tak kunjung berhenti akshirnya kami memutuskan untuk membatalkan perjalanan ke Waerebo dan melanjutkan ke Pulau Komodo, ini sungguh di sayangkan cuma kami juga harus realistis dengan keadaan saat itu. Saran dari pemilik hotel datanglah ke Flores di bulan Agustus karena di waktu itu cuaca cerah.

Satu hal yang saya senang dalam perjalan ini, warga flores baik-baik ya terutama bagi warga yang tinggal di pedalaman seperti ini mereka senang sekali ada tamu yang berkunjung ke desa nya.

Money is numbers and numbers never end. if it takes money to be happy your search for happines will never end.

Komentar

Postingan Populer